Monday, December 4, 2006

“SECARA”

“Na sorry gue nggak bisa ketemu eloe malam ini “SECARA” gue masih ada kerjaan”

Itulah penggalan kalimat yang di ucapkan teman saya yang baru saja datang dari Jakarta, dilain kesempatan teman lain mengirimkan pesan singkatnya begini

“Na bagaimana kalau kita makan di AMPLAS (Ambarukmo Plaza-red) "SECARA" tempatnya asyik “

Manager komunikasi saya yang datang dari Jakarta, menggunakan kata "SECARA" secara bertubi-tubi pada setiap ucapannya tidak peduli nyambung atau tidak dengan kalimatnya.

Awalnya saya berfikir dia tidak bisa berbicara bahasa Indonesia dengan baik dan benar- tapi apa iya seorang manager komunikasi tidak bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Lalu saya memberanikan diri menanyakanya padanya. Apakah dia sengaja menggunakan kata ”SECARA” tidak pada tempatnya, atau dia tidak tau kata sambung yang tepat apa?
Eh…dia malah mentertawakan saya…”Na… "SECARA" eloe kagak gaul sih!!”
Nah lho, rupanya SECARA sudah secara resmi menjadi bahasa gaul dan saya di bilang tidak gaul karena tidak menggunakannya.

Saya menemukan kecenderungan baru penggunaan kata “SECARA” menjadi kata sambung- meskipun tidak pada tempatnya. Walaupun saya bukan pemakai bahasa Indonesia yang baik dan benar, penempatan kata yang tidak tepat pada sebuah kalimat-kalimat terutama yang di ucapkan verbal tetap menjadi aneh di telinga saya. Parahnya ada seorang teman yang sudah mulai memakai SECARA dengan tidak pada tempatnya ke dalam bahasa surat menyurat elektronik resmi.

Saya kira televisi si magic screen yang turut menyebarkan trend berbahasa ini. Melihat acara-acara komedi yang marak di televisi, mereka menabur virus jargon-jargon bahasa baru yang dengan cepat menyebar dikalangan muda dan memakainya sebagai bagian dari bahasa sosial mereka. Kalangan muda sangat khawatir kalau sampai disebut “kurang gaul” apabila tidak memakai gahasa-bahasa yang trend di pakai saat ini.

Saya menjadi sangat prihatin dengan “pemerkosaan kalimat” untuk mengikuti trend…tapi yah saya bisa apa? SECARA saya bukan siapa-siapa…aduh..MÉNÉ KÉ TÉHÉ !!(mana ku tahu-red)

Yogyakarta October 2006

1 comment:

Herman Saksono said...

Saya termasuk yang sangat prihating dengan penggunaan 'secara' yang salah.