Wednesday, January 28, 2015

Fez, Negeri para Sufi #Jalan-Jalan Maroko #1



Belum lengkap rasanya mengunjungi negeri senja Maroko tanpa mengunjungi Fez.  Kota tua, menyimpan berjuta peradaban yang masih bisa kita disaksikan langsung. Fez dikenal sebagai kota budaya dan pendidikan .Ah... Saya tidak pernah tau sebelumnya bahwa universitas tertua di dunia dalah Al Qarawiyyin (Al Karaouine) yang ada di kota tua ini. Sebagai pusat peradaban Fez menjadi kota tujuan belajar bagi banyak pecinta ilmu dari berbagai negara. Al Qarawiyyin didirikan pada 859 M oleh Fathimah Al Fihri. Wah bangga sekali mengetahui sejarah ini, bahwa wanita mempunyai peran yang besar dalam pengembangan intelektualitas muslim.

 di gerbang universitas Al Qarawiyyin

Tentunya, menyimak sejarah kota ini sangat mengasikan, tapi menuliskanya membutuhkan usaha yang cukup besar.  Mungkin travel notes ini bisa menjadi  sekedar jalan masuk bagi yang tertarik .  Memasuki lorong waktu untuk kembali ke abad pertengahan, berjalan menyusuri labirin membayangkan bagaimana peradaban mulai berkembang. Keledai berlalu lalang dengan beban dipunggungnya. Orang-orang hilir mudik dengan baju djellaba (baju gamis dengan jumper). Tentu saja anda bisa merasakanya di Old Medina semua masih utuh seperti semula dibangun.  Ah....aroma itu, apakah sama seperti saat itu. Jangan lupa singgahlah ke universitas tertua Al Qarawiyyin, dimana pusat intelektualits Islam dibangun.

 Selamat datang di Kota Fez

 Salah satu sudut di Old Medina
 
Ketika saya googling  tempat menarik di Fez, Old Medina ada di top1, dan banyak referensi untuk melihat view proses penyamakan kulit secara tradisional. Jadi meski harus tersiksa oleh aroma proses penyamakan kulit yang bikin perut bergejolak, demi view yang indah saya rela. Old Medina Fez, memang surga belanja kerajinan kulit, warna-warni yang indah khas maroko dan harga yang bersahabat.  Sebaiknya ajak orang yang bisa berbahasa arab untuk menemani jalan-jalan. Saya beruntung ditemani oleh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar disana.  Jadi jangan segan-segan kontak PPI Maroko, Insya Allah mereka sangat terbuka untuk membantu.

 View, Proses penyamakan Kulit

Sebagai kota sejarah dan diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO, masih banyak situs yang wajib dikunjungi bila anda berada di fez.  Taman kota yang indah tempat bersantai dan rehat sebelum melanjutkan perjalanan menyusuri Old Medina. Istana Raja dengan arsitektur maroko yang menawan. Kota yang dikelilingi benteng sewarna tanah seakan bercerita betapa banyak peristiwa penting ia saksikan.
Maroko, Negeri serbu benteng 
 


View kota Fez

Kota yang menjadi jantung budaya dan peradaban Maroko,  sangat layak jika Fez juga menjadi kota tujuan wisata. Apalagi memasuki musim semi, rombongan turis silih berganti berdatangan. Banyak festival budaya taraf internasional digelar di kota ini   gratis.  Sayangnya jarang sekali warga yang bisa berbahasa Inggris, masyarakat Maroko sehari-hari memakai bahasa Arab atau Perancis yang bikin lidah kelilit, walhasil kalau kemana-mana nggak pede sendirian. Mau naik petit taksi, ehh..ternyata taksi disini bisa berbagi dengan orang lain (maksimal 3 penumpang), nah lho...lagi asyik duduk di taksi ada yang menghentikan langsung aja duduk disebelah kita lalu bicara dengan supir dalam bahasa yang tidak saya mengerti, langsung radar crime sense saya berbunyi...ah..untunglah itu hanya prasangka lebay saya saja.
Ingin rasanya kembali untuk waktu beberapa lama, sehingga sempat menuliskan sejarah kota ini dengan referensi yang akurat, dengan sumber-sumber terpercaya, para sufi, para alim, para seniman yang  mencintai ilmu pengetahuan. Insya Allah. 

Sunday, January 25, 2015

Keajaiban itu bernama "BLEDUG KUWU"


Destinasi wisata dijawa tengah masih didominasi tempat-tempat terkenal seperti Borobudur, Prambanan, Tawangmangu dan lain lain. Sebagai ibu-ibu yang setiap pengeluaranya harus dihitung dengan cermat  heeee (menghindari kata pelit ya), bagaimana tidak harga-harga membumbung tinggi sementara liburan dan pendidikan sudah masuk dalam list kebutuhan sekunder. Sebagai mamak yang cerdas (wuihh..), mesti cari solusi wisata hemat (hemat ini relatif ya..) dan edukatif, ada nilai-nilai pendidikan dan moral bagi anak-anak.  Karena kami tinggal di “daerah” di pesisir utara Jawa Tengah (bukan Jakarta lhooo), saatnya kami hunting lokasi-lokasi mana yang bisa dikunjungi murah, meriah dan terjangkau (budgeted), tentu saja dengan tidak melupakan faktor edukasi buat anak-anak.

Kali ini pilihan kami jatuhkan ke Bledug Kuwu. Sudah lama saya mendengar tentang Bledug Kuwu, meskipun lokasinya sangat dekat dengan tempat kami tinggal tapi belum pernah kami mengunjunginya. Lokasinya sangat strategis di tepi jalan raya Purwodadi-Sulursari, tepatnya lokasi berada di kecamatan Kradenan, Purwodadi Grobogan Jawa Tengah. Lokasinya yang sangat terjangkau oleh angkutan umum, sekalian mengajarkan ke anak-anak, wisata itu tidak harus mahal, tetapi lebih dari itu pelajaran yang didapat dari setiap perjalanan.

Dari Semarang ibukota Jawa Tengah waktu tembuh kira-kira dua jam untuk sampai ke lokasi. Dari terminal bus Penggaron di Semarang menuju kota Purwodadi anda cukup membayar Rp.10.000,-, dan dari Purwodadi menuju Bledug Kuwu antara Rp.5000 – 7.000 dengan tiket masuk yang super murah yaitu Rp. 2000,- anda dapat menyaksikan keajaiban alam ini dari dekat.


Setelah kurang lebih 1,5 jam perjalanan tibalah kami di TKP.  Sebuah hamparan padang tandus akan menyambut anda, lebih tepatnya padang lumpur. Pada bagian-bagian tertentu terdapat gelembung-gelembung lumpur, yang mengeluarkan bunyi “BLEDUG” bersamaan dengan keluarnya asap, gas dan air garam. Maka dari itu lokasi ini dinamakan dengan BLEDUG KUWU, karena lokasinya di desa Kuwu.

Sebagaimana banyak lokasi wisata di Indonesia terkait dengan legenda rakyat. Demikian juga dengan Bledug Kuwu. Gelembung-gelembung lumpur konon adalah ular raksasa putra pangeran Ajisaka yang telah mengalahkan buaya putih jelmaan prabu Dewata Cengkar, dan membawa kepala buaya  putih melalui perut bumi untuk diberikan kepada ayahandanya  prabu Ajisaka di Kerajaan Medang Kamolan. Di daerah Kuwu sang ular yang berada di perut bumi ingin memastikan perjalananya dan menembus kulit bumi untuk melihat sekelilingnya.
 Asap putih keluar bersamaan dengan bunyi BLEDUG dari perut bumi

Diluar legenda itu, Bledug Kuwu adalah sebuah keajaiban alam Indonesia. Hanya sekitar 45 hektar  saja daerah padang lumpur, dikiri dan kanan lokasi adalah area subur pertanian. Meskipun mengeluarkan asap, ternyata bukanlah asap panas dan lumpurnya juga tidak panas. Dari bau asap yang menyengat dapat diketahui bahwa ada kandungan sulphur yang keluar. Meskipun tidak panas pengunjung harus tetap berhati-hati karena tanah disekitar sangat labil. Sebaiknya tidak terlalu dekat dengan kawah letupan, karena itu adalah lumpur bergerak dan anda bisa terperosok.

Hati-hati tanah disini sangat labil


Kandungan garam dan mineral yang dihasilkan Bledug Kuwu oleh masyarakat setempat diolah menjadi garam. Konon rasa garam bledug kuwu berbeda dengan garap produksi dari air laut, rasa garam lebih asin dan gurih. Selain untuk garam masyarakat sekitar juga memanfaatkanya untuk membuat “BLENG” sejenis bahan yang dipakai untuk mengawetkan adonan bahan pembuat  krupuk.

Tinggi letupan lumpur Bledug Kuwu, sangat berfariasi, menurut pemandu kami, letupan bisa mencapai 500 cm dan yang terkecil sekitar 90 cm. Kawah besar yang mengeluarkan letupan besar yang berada di sebelah timur oleh masyarakat setempat disebut “Jaka Tuwa” dan kawah yang terkecil di sebelah barat di sebut “Rara Denok”.



Suara “Bledug” pada letupan kawah besar cukup menggetarkan hati dan meyiutkan nyali, kiranya apa yang terjadi didalam perut bumi sana. Sungguh maha besar Allah dengan segala ciptaan-Nya. Berbeda dengan luapan lumpur yang terjadi di porong yang konon ditengarai akibat kegiatan eksplorasi, lumpur Bledug Kuwu adalah sebuah keajaiban alam. Masyarakat setempat masih mempercayai legenda yang diturunkan leluhur mereka sehingga kegiatan pemanfaatan mineralnya dikerjakan secara sederhana dan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat saja.



Pojok oleh-oleh yang bisa dijumpai disini, sangat sederhana

Banyak hal bermanfaat yang saya ambil dari wisata sederhana kami kali ini. Alam selalu mengajarkan betapa kebesaran sang Pencipta. Hal ini akan selalu membuat kita mawas diri dan rendah hati. Legendanya dapat kita turunkan kepada anak-anak sebagai nilai-nilai karifan lokal, kandungan mineralnya dapat disampaikan  sebagai bekal dasar pengetahuan alam.

Sayangya sebagaimana tempat wisata lokal di Indonesia, fasilitas pendukung dan kebersihan belum terjaga dengan baik. Semoga pemerintah setempat memperhatikan aset-aset semacam ini sehingga terpelihara dengan baik.




Friday, January 23, 2015

24 Jam di Chiang Mai




Chiang Mai Festival

Saya segera menggeser rute perjalanan pulang ketika tawaran untuk mengunungi Chiang Mai datang. Sudah transit di Bangkok, kenapa tidak "memaksakan" diri ke utara melihat indahnya Chiang Mai "The Rose of Northern Thai",meski hanya untuk 24 jam. 

Chiang Mai, adalah sebuah propinsi di sebelah utara Thailand. Ibukota propinsi ini juga bernama Chiang Mai yang merupakan kota ke dua terbesar di Thailand. Jaraknya dari Bangkok kurang lebih 700 km, itu kira-kira seperti Jakarta –Surabaya mungkin ya.

8.30 pagi, mendarat dengan mulus di Bandara International Chiang Mai. Bandara Internasional dengan kesan pertama sederhana tentu saja bila dibandingkan dengan bandara Swarnabhumi di Bangkok. Senyum petugas imigrasi tulus menyapa pengunjung, teringat kata Eric Weiner dalam bukunya The Geography of Bliss, bahwa senyum orang Thai tulusnya keluar dari hati.

Enaknya memang kalau dimana-mana ada teman. Keluar bandara, Teman lama yang sudah lebih dari 5 tahun tinggal di negara ini sudah siap sedia dengan “tuk-tuk” langgananya. Sejenis Bajaj dengan ukuran sedikit lebih luas dan terbuka. Indahnya silaturahmi, ada akomodasi gratis, tour guide, dan tentu saja bernostalgia.



Kesan bersih, nyaman dan hangat itulah yang kutangkap dari kota ini. Meski merupakan kota besar dan tujuan wisata, jauh dari hiruk pikuk kemacetan seperti Bangkok. Namanya juga memaksakan diri transit, jadi saya hanya punya 24 di kota cantik ini. Langsung saja Tour guide dadakan menggelar rute. Pertama kami menuju The Floral Garden.
 
The Floral Garden atau juga disebut sebagai Royal Park Rajapreuk, awalnya dibangun untuk memperingati kenaikan tahta Raja Bumoiphol yang ke 60 pada tahun 2006. Setelah sekian tahun perayaan selesai, taman ini tetap dijaga dan menjadi tujuan wisata dan belajar. Konon lebih dari 2200 spesies tanaman dari berbagai penjuru dunia ada disini. Berbagai anjungan dari negara sahabat yang diberikan sebagai hadiah kepada raja turut menambah nuansa internasional pada taman ini. Kota ini merupakan kota bersejarah sebagai ibukota kerajaan LANNA asal muasal bangsa Thai.



Rasanya tak cukup waktu untuk mengelilingi taman yang sangat luas ini. Sebuah bangunan utama beratap emas khas Thailand menjuang megah dalam kontrasi hijaunya taman dan birunya langit negeri gajah putih ini. Semakin tinggi matahari tak mengurangi semangat untuk mencari sudut-sudut indah untuk mengabadikan momen transit ini. Ah..penelusuran masih harus dilanjutkan di kota ini.

Sebagai kota tua dan bersejarah, banyak sekali peninggalan sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Yang termudah adalah Old Lanna Wall. Dinding tua kerajaan Lanna ini dibangun untuk mengantisipasi serangan kerajaan Burma (Sekarang Myanmar). Dinding dan parit dibangun mengelilingi kota yang masih bisa dinikmati hingga kini. Bila ingin menlihat dinding ini sebagai saksi sejarah, hindari datang di hari Minggu. Saat Weeked area ini menjadi area Sunday market, yang sangat menggoda mata dan hasrat belanja.

Kalau tidak sempat menyalurkan hasrat belanja di Sunday market jangan khawatir, masih ada Chiang Mai Night Bazaar. Mau cuci mata atau cari oleh-oleh pernak-pernik Thailand. Kira-kira satu km disepanjang jalan Chan Klan Road di sisi timur Old Lanna Wall, kita dapat  menyusuri uniknya menghabiskan malam di Chiang Mai. Hanya duduk menyaksikan gemerlap lampu menikmati kuliner tropis yang menggoda dan para turis hilir mudik pun Indah. Bila tujuan anda berbelanja ajaklah teman lokal, karena sedikit sekali orang lokal yang berbicara bahasa Inggris, atau kalau tidak ada teman, yahhh bermodal bahasa tarzan plus kalkulator juga boleh , yang penting tempat yang tepat untuk menikmati malam di Chiang Mai ya di Night market ini.


Meski bukan kota besar,Chiang Mai cupuk populer di kalangan turis sebagai kota tujuan wisata di Thailand, berbagai festival internasionalpun sering di gelar di kota ini. Kotanya yang bersih, tenang dan tidak sibuk seperti kota besar lainya, memang cocok untuk berlibur..ah…sayangnya hanya punya sedikit waktu, I ‘ll be back Chiang Mai.