Friday, February 6, 2015

Me & Mommylicious, Indahnya jadi Mama


-Karenanya Surga itu di bawah telapak kaki ibu-

Begitulah ungkapan yang sering diucapkan suami saat tengah malam saya yang kelelahan mulai mengeluh.  Kan bukan dibawah telapak kaki papa, selorohnya, mencoba menyemangatiku. Paling saya hanya mendebat..iya tapi surganya istri kan ditangan suami, lalu entah bagaimana saya sudah terlelap, dan bangun pagi bersiap menghadapi drama pagi seorang mamak dengan segala ke-riweuhanya. Apalagi semenjak hadir sikecil Kanza (3 bln), lalu saya sudah harus kembali bekerja, dan kami tidak punya asisten,uhhh...lengkap sudah. Walaupun  masing-masing sudah dibagi peranya, selalu saja ada hal-hal diluar kendali yang membuat momen pagi jadi super heboh. Menyiapkan sarapan, menyiapkan baju sekolah mbak Icha, adek minta nenen terus, mbak Icha merajuk....ah..papa lagi sibuk njemurin baju, Hah....sudah jam  6.30...Arrrgghhhhhhhhh.........*tanduk mulai muncul*

Itu sepenggal kisah drama pagi dikeluarga kecil kami, sampai suatu hari, saya iseng-iseng “Blog Walking”,jalan-jalan menelusuri blog-blog emak-emak yang tergabung di Kumpulan Emak Bogger sekedar mencari inspirasi..membaca sebuah referensi tentang buku imut ini @Mommylicious_ID, catatan dua mama, Beda cerita kaya rasa. Apalagi ternyata ada kompetisi Reader Award bagi pembaca yang mau berbagi kisah pengalaman membaca buku ini, testimoni, review, atau resensi. Langsung deh cap cus mencari di toko buku gramedia...eh..karena diterbitkan oleh kelompok gramedia jadi deh dapet discount 30% kalau beli pakai kartu membernya (Alhamdulillah...mamak mana sih yang nggak seneng dapet discount).

 Alhamdulillah, stoknya masih ada, dapat discount pulak..

Okay...kembali ke topik.
Membaca halaman-perhalaman disela-sela rutinitas mamak pekerja dan mamak dua krucils (Icha 6 th dan Kanza 3 bl). Aduh.....mak! Seperti diri ini sedang berkaca. Kisah-kisah mama Arin dan mama Rina adalah cerita banyak mama lain (termasuk saya). Gaya bahasa yang lugas, mengalir  begitu saja. Penyusunan kisah yang  selang-seling  antara mama Rina dan mama Arin, seperti menyaksikan dua emak lagi ngobrolin keluarga, asyik, ringan tapi daleeeeemmmmmm.

Secara personal sih saya belum mengenal mereka (sekaligus tulisan ini saya tujukan untuk langsung berkenalan dengan beliau). Tetapi membaca bukunya seperti saya juga terlibat dalam obrolan mereka, mama Muna, mama Arin dan Mama Rina, aih..aih..soalnya setiap membaca kisahnya saya juga membayangkan kisah saya sendiri :-). Dan setelah membaca profil mereka ternyata kita seangkatan *Tooos dulu mak....*

Saya sepakat dengan Pak Teknik Hartono dalam kata pengantarnya bahwa posisi ibu diantara kejeniusaan dan kegilaan. Kejeniusan untuk multitasking (bayangkan...beres-beres sambil gendong anak, menyusui sambil makan plus kaki mengangkat benda yang jatuh...) dan kegilaan melakukan semua dengan percaya diri  hwa..hwa..hwa..saya tertawa sendiri membaca quote ini. Memasak, sambil menyalakan mesin cuci, sambil menunggu masakan matang, bisa cuci piring, sambil ekor mata mengawasi kakak yang sedang menjaga adek dan sesekali melihat apakah tempe goreng sudah saatnya di balik, belum lagi sambil mulut berteriak memastikan anak-anak baik-baik saja. Bukankah itu genius ? #wink

Banyak sekali pergumulan emosi digambarkan dalam buku ini. Antara idealisme dan kenyataan yang kita hadapi bersama tumbuh kembangnya anak. Antara teori-teori para ahli yang sering kita baca di buku-buku parenting, dengan kenyataan menghadapi buah hati kita yang lucu, menggemaskan, tapi kadang juga bisa jadi super kepala batu.  Mama Arin dan Mama Rina mengisahkanya dengan lugas saja, tidak ada pencitraan bahwa mama harus selalu menjadi ibu peri yang baik hati tanpa emosi, tetapi di luar itu kedua mama tadi menyadari bahwa orang tua adalah role model bagi anak-anaknya, bagaimana mengendalikan emosi dan bernegosiasi akhirnya mencapai solusi. Sungguh...duo mama ini secara tidak langsung meberikan pelajaran bahwa proses untuk menjadi mama itu beriringan dengan tumbuh kembang buah hati kita. Pokoknya...tantangan nggak pernah berhenti deh...adaaaaa aja...tau-tau nanti anak kita sudah menginjak remaja dan tau-tau saatnya menikah dan tau-tau nanti kita jadi nenek...dan proses pembelajaran tersebut terus berjalan.

Beberapa kegalauan mama –mama lainya yang mungkin dialami mama lainya disampaikan tanpa menghakimi. ASI Vs Sufor, full day Mom Vs mama bekerja, Daycare Vs Asisten rumah tangga, juga dibahas santai tapi mendalam.... Seperti kegalauan saya ketika di dunia maya sana ramai orang ikut blok anti vaksinasi dan blok sadar imunisasi, nah lho...anti dot Vs dot..dalam pemberian Asi maupun Sufor. Saya sepakat untuk menghormati pilihan para ibu, janganlah perbedaan pandangan tadi memporak-porandakan segalanya, menghargai pilihan seorang ibu adalah lebih bijaksana, karena tentunya semua dilakukan demi yang terbaik untuk buah hati. Bagaimana? Masih galau?

Catatan mama Rina tentang curhatan si Mbak (asisten rumah tangga atau pengasuh anak), jelas menohok saya, meskipun kami tidak didampingi oleh asisten, catatan ini meninggalkan pesan yang mendalam bagi para mama...penasaran gimana Mbak-mbak itu curhat?? Yuk..beli bukunya dan baca sampai selesai  :-)
 bacanya dilanjut diangkot menuju kantor

Bukan rumah tangga kalau tanpa konflik, ya konflik batin ..ya konflik dengan pasangan. Masalah kecemburuan si kakak, bagaimana menanamkan disiplin, menanamkan konsep relasi gender dalam sebuah hubungan. Dan masih banyak lagi. Persoalan yang mereka hadapi hampir pasti juga ditemui di banyak keluarga. Pengalaman mereka berdamai, bernegosiasi dan berkomunikasi itulah yang dapat menjadi renungan buat kita.   Apa iya sih mama harus selalu menang dalam perdebatan ibu –anak ketika mama ingin menanamkan nilai-nilai yang akan di tanamkan pada anak. Bagaimana menyiasatinya?  Bagaimana memberikan pujian yang memotivasi anak tapi tidak juga berlebihan membanggakan anak??

 Icha, mama , Kanza lagi nenen bersama Mommylicious

Mengutip catatan mama Arin, ketika seorang perempuan telah menjadi ibu, ia akan menjadi sosok pemberani. Tidak lain karena naluri melindungi dan berjuang demi anaknya. Demikian pula ayah, peran ayah tidak dapat diabaikan, komunikasi dan komitmen bersama mesti di bangun, agar anak memiliki role model yang lengkap. Karena adanya mama dan papa adalah saling melengkapi satu dengan yang lainya. Hubungan dan komunikasi yang sehat antara mama dan papa, sangat membantu anak-anak membangun konsep tentang keluarga, tentang  gender, bahkan tentang  sex yang sering dianggap tabu.  Ahh...buku ini mengajari banyak hal tanpa kita merasa digurui.  Tidak hanya untuk di baca para mama, lebih penting juga dibaca para ayah sebagai perenungan dan refleksi...ooooohhhhhh begini toh Catatan hati seorang mama :-), Pastinya akan menambah kepekaan hati ayah. *Langsung sodorin buku ke suami...pa...baca nih pa....catatan hatiku*(eaaaa...).

Last but not Least, Being Mom is really Delicious!

Masih belum percaya? Baca saja sendiri.....Selamat membaca dan ikuti competisinya!





9 comments:

momtraveler said...

Allah itu maha Adil ya mbak dibuatnya perempuan itu multitasking dengan hati yg begitu luas... Perjuangan seorang ibu memang priceless ^^

Unknown said...

Iya mbak muna...baca buku ini ingat perjuangan mama sampai kita seperti ini.....love you ma...

Rahmi Aziza said...

Wah byk pnduan parenting nya yak, aku blm beli bukunya baru baca dr resensi orang2

Muna Madrah said...

Mbak Rahmi Aziza...duhhhh...seneng banget udah mampir. Mbak bisa kah mesen buku Mak Irits nya?...*kedipin mata*

dhona chandra said...

Semoga sukses GA-nya Mak....;-)

Muna Madrah said...

Amin..emak-emak

Murtiyarini, Arin said...

Halo mba Muna Madrah, salam kenal kembali. Terimakasih sudah baca buku ini. Goodluck yaa

Murtiyarini, Arin said...

Halo mba Muna Madrah, salam kenal kembali. Terimakasih sudah baca buku ini. Goodluck yaa

Rina Susanti said...

salam kenal mba Muna...sedikit korek ya Tenik Hartono itu seorang Ibu hehehe