Saturday, February 3, 2007

Don’t Judge a Book by its Cover

Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya, begitulah kira-kira terjemahan bebas dari judul diatas. Ungkapan tersebut sudah lama saya dengar, sama dengan cara kita menilai seseorang, buku juga tidak hanya bisa dilihat dari tampang luarnya saja, isi mungkin lebih penting dari sampulnya.

Akan tetapi bagi saya, sampul buku tidak dapat dipisahkan dari sebuah karya tulis menulis secara keseluruhan, karena design sampul itu sendiri adalah sebuah karya yang juga patut dihargai. Saya selalu tertarik dengan sampul buku yang gambarnya bagus dan buru-buru saya buka halaman yang menyebutkan sang designer sampulnya. Bagaimana mereka bisa menuangkan isi cerita buku tersebut dalam satu lembar sampul. Lihatlah contoh-contoh sampul buku ini. Bukankan sebuah karya yang luar biasa?


Makanya saya agak kurang sependapat dengan ungkapan diatas, Cover sangat penting, apalagi karya-karya sastra atau buku-buku umum. Sampul harus mampu menggelitik daya imajinasi kita untuk membayangkan isi dari sebuah buku. Buku-buku yang bagus harus ditunjang oleh design sampul yang bagus, agar karyanya mejadi lebih sempurna. Meskipun banyak juga sampul yang menipu, yang tidak sebagus isinya.

Menghargai sebuah karya tulis adalah menghargai sebuag kerja invisible team, menghargai kerja editor, penyunting, designer sampul, penerbit, penterjemah dan tentu sang penulis sendiri.
Masih agak sulit bagi kita untuk memberi penghargaan akan karya-karya tulis. Kita tinggal dalam negara yang carut marut oleh berbagai permasalahan ekonomi, bencana, dan pertarungan politik yang bagai tiada akhir. Alih-alih mempromosikan budaya membaca dan menulis, harga buku yang berkualitas semakin tidak tejangkau oleh kebanyakan penduduk. Sehingga pembajakan buku pun menjadi bisnis yang lebih menguntungkan pembajak sekaligus meringankan para pembeli, siapa yang hendak disalahkan? Jangankan membeli buku, buat makan saja masih harus berfikir. Bagaimana mau mengekspresikan ide dalam tulisan, bila masih disibukan dengan urusan banjir, hutang, spp anak-anak yang belum terbayar yang juga butuh pemikiran daripada sekedar menuangkanya dalam ekspresi tulis, sedang perpustakaan umum tidak bisa menjadi alternatif sebagai lokasi yang layak dikunjungi, kecuali bagi para kutu buku..yang haus ilmu yang murah meriah..duh

Akan tetapi skeptisme pun tidak akan menyelesaikan masalah, kenapa tidak kita mulai dari, mencintai karya-karya orang-orang hebat yang mampu menuangkan imajinasi, ide, dan berbagi ilmunya melalui buku, lebih bagus lagi mencoba berbagi seperti mereka, saya teringat akan Pramoedya Ananta Toer, katanya “ Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama dia tidak menulis, dia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah, menulis adalah bekerja untuk keabadian”.

So..Dont judge books on your “koper” (baca: jangan hukum buku di dalam koper anda) artinya buku jangan cuma disimpan dalam koper, hargailah mereka dengan membacanya :-p, dan mulailah menulis..
Wassalam

No comments: