Friday, December 21, 2012

Jalan-Jalan India #2

Lanjutan dari postingan sebelumnya, yang belum baca silahkan baca disini. Biasanya sebuah catatan perjalana berisi  referensi lokasi –lokasi yang indah, tempat-tempat yang menarik, kuliner, atau akomodasi murah meriah. Mungkin perlu di tambahkan juga hal-hal unik atau “aneh”  yang tidak ditemui di negara kita.

Waktu keAndhra Pradesh di Hyderabad, sebuah negara bagian di selatan India beberapa bulan lalu, padatnya acara dan singkatnya waktu jadi tidak banyak tempat wisata  yang saya kunjungi. Alhasil dari pada tidak ada catatan sama sekali saya coba tulis saja, peristiwa-peristiwa yang “ aneh” yang saya temui di sana.
Bila melihat bagaimana crowded dan kacaunya transportasi umum di Jakarta, saya sebagai “orang daerah” sudah cukup dibuat terheran-heran. Di Andhra Pradesh bukan cuma dibuat heran tapi juga syok. Pengemudi di India driving like crazy, dan hobi membunyikan klakson.  Saya tinggal di lanta 4 sebuah hotel di tengah kota dan masih bisa mendengar bisingnya klakson di jalan raya.

Anehnya ini sudah merupakan kelaziman, hampir di seluruh sarana transportasi umum darat di India terdapat simbol atau kata-kata “SOUND HORN”.Tidak seperti peringatan bahwa ngebut akan berbahaya yang hampir tidak pernah diabaikan oleh para pengemudi di India, pengemudi amat patuh membunyikan klakson walau tulisan itu bukan perintah resmi yang dikeluarkan oleh kepolisian India.
Salah satu peringatan yang bisa di temukan di Hyderabad

Safety first,speed next, sama sekali tidak berlaku


mudah-mudahan regulasinya benar di terapkan ya pak!

India termasuk negara dengan populasi penduduk terpadat, tidak heran angkutan umum di sini juga selalu tampak penuh sesak oleh penumpang. Bahkan bajaj pun kalau bisa di pakai seoptimal mungkin sebanyak mungkin orang bisa masuk. Tak mau kalah dengan itu motor pun nasibnya sama. Lucunya dalam bajaj terdapat sebuah alat yang mirip argometer pada taxi, tetapi alat tersebut tampaknya juga hanya sebatas hiasan karena prakteknya kita harus tetap tawar menawar dalam penentuan harga. Pokoknya sepertinya disini kenyamanan berkendara bukanlah tujuan utama, melainkan optimalisasi.
Bajaj dengan Argometer, tapi naik tetep harus nawar :-)

Optimalisasi penumpang bajaj, itu di belakang masih di tambah papan untuk tempat duduk
Tidaklah seperti film-film India yang selalu nampak glamor dan mewah, kehidupan sehari-hari hampir sama di Indonesia. Meski perekonomian India diberitakan berkembang pesat tetapi kesan kumuh dan semrawut telah melekat padanya. Dan mungkin karena terlalu banyak penduduknya dimana-mana terlihat manusia. Orang India suka sekali bepergian dalam kelompok, bisa satu keluarga besar untuk mengunjungi taman kota atau museum.
Dari semua kesemrawutan, hiruk pikuk dan kumuhnya negara ini, satu hal saya melihat  dan belajar adalah bagaimana semangat India untuk belajar. Saya berkesempatan mengunjungi sebuah universitas yang agak jauh dari ibukota. Meski sebuah universitas di daerah mahasiswa-mahasiswi  penuh sesak dalam satu kelas sederhana menyimak dosen memberi mata kuliah IT. Dan tentu saja kebanggaan mereka akan budayanya terlihat dengan “sari” sebagai pakaian sehari-hari meski baju-baju kasual bermerek tengah membombardir negara-negara berekembang. Para lelaki dengan tanda di dahi juga lazim kita lihat disini.
Yuk..enjoy  the picture :-)

di satu sisi optimalisasi disisi lain inefisiensi (kipas angin Vs AC di salah satu ruang Rektor)


Kaki 5 nya India

Sekolah Grammer yang ideal


2 comments:

mbogo.net said...

Ketemu sahrul khan gak.. hehehe.

MunaMadrah said...

nggak ketemu sahrul khan yang asli, foto sahrulkan banyak di baliho-baliho iklan di sepanjang jalan..:-) salam kenal :)