-Karenanya Surga itu di bawah telapak kaki ibu-
Begitulah ungkapan yang sering
diucapkan suami saat tengah malam saya yang kelelahan mulai mengeluh. Kan bukan dibawah telapak kaki papa, selorohnya, mencoba
menyemangatiku. Paling saya hanya mendebat..iya tapi surganya istri kan
ditangan suami, lalu entah bagaimana saya sudah terlelap, dan bangun pagi
bersiap menghadapi drama pagi seorang mamak dengan segala ke-riweuhanya. Apalagi
semenjak hadir sikecil Kanza (3 bln), lalu saya sudah harus kembali bekerja, dan
kami tidak punya asisten,uhhh...lengkap sudah. Walaupun masing-masing sudah dibagi
peranya, selalu saja ada hal-hal diluar kendali yang membuat momen pagi jadi
super heboh. Menyiapkan sarapan, menyiapkan baju sekolah mbak Icha, adek
minta nenen terus, mbak Icha merajuk....ah..papa lagi sibuk njemurin baju,
Hah....sudah jam 6.30...Arrrgghhhhhhhhh.........*tanduk
mulai muncul*
Itu sepenggal kisah drama pagi
dikeluarga kecil kami, sampai suatu hari, saya iseng-iseng “Blog Walking”,jalan-jalan
menelusuri blog-blog emak-emak yang tergabung di Kumpulan Emak Bogger sekedar
mencari inspirasi..membaca sebuah referensi tentang buku imut ini
@Mommylicious_ID, catatan dua mama, Beda cerita kaya rasa. Apalagi ternyata ada
kompetisi Reader Award bagi pembaca yang mau berbagi kisah pengalaman membaca
buku ini, testimoni, review, atau resensi. Langsung deh cap cus mencari di toko
buku gramedia...eh..karena diterbitkan oleh kelompok gramedia jadi deh dapet
discount 30% kalau beli pakai kartu membernya (Alhamdulillah...mamak mana sih
yang nggak seneng dapet discount).
Alhamdulillah, stoknya masih ada, dapat discount pulak..
Okay...kembali ke topik.
Membaca halaman-perhalaman
disela-sela rutinitas mamak pekerja dan mamak dua krucils (Icha 6 th dan Kanza
3 bl). Aduh.....mak! Seperti diri ini sedang berkaca. Kisah-kisah mama Arin dan
mama Rina adalah cerita banyak mama lain (termasuk saya). Gaya bahasa yang
lugas, mengalir begitu saja. Penyusunan
kisah yang selang-seling antara mama Rina dan mama Arin, seperti
menyaksikan dua emak lagi ngobrolin keluarga, asyik, ringan tapi
daleeeeemmmmmm.
Secara personal sih saya belum
mengenal mereka (sekaligus tulisan ini saya tujukan untuk langsung berkenalan
dengan beliau). Tetapi membaca bukunya seperti saya juga terlibat dalam obrolan
mereka, mama Muna, mama Arin dan Mama Rina, aih..aih..soalnya setiap membaca
kisahnya saya juga membayangkan kisah saya sendiri :-). Dan setelah membaca
profil mereka ternyata kita seangkatan *Tooos dulu mak....*
Saya sepakat dengan Pak Teknik Hartono
dalam kata pengantarnya bahwa posisi ibu diantara kejeniusaan dan kegilaan. Kejeniusan
untuk multitasking (bayangkan...beres-beres sambil gendong anak, menyusui sambil makan plus
kaki mengangkat benda yang jatuh...) dan kegilaan melakukan semua dengan
percaya diri hwa..hwa..hwa..saya tertawa
sendiri membaca quote ini. Memasak, sambil menyalakan mesin cuci, sambil
menunggu masakan matang, bisa cuci piring, sambil ekor mata mengawasi kakak
yang sedang menjaga adek dan sesekali melihat apakah tempe goreng sudah saatnya
di balik, belum lagi sambil mulut berteriak memastikan anak-anak baik-baik saja. Bukankah itu genius ? #wink
Banyak sekali pergumulan emosi digambarkan dalam buku ini. Antara idealisme dan kenyataan yang kita hadapi bersama tumbuh kembangnya anak.
Antara teori-teori para ahli yang sering kita baca di buku-buku parenting, dengan
kenyataan menghadapi buah hati kita yang lucu, menggemaskan, tapi kadang juga
bisa jadi super kepala batu. Mama Arin
dan Mama Rina mengisahkanya dengan lugas saja, tidak ada pencitraan bahwa mama
harus selalu menjadi ibu peri yang baik hati tanpa emosi, tetapi di luar itu kedua
mama tadi menyadari bahwa orang tua adalah role model bagi anak-anaknya,
bagaimana mengendalikan emosi dan bernegosiasi akhirnya mencapai solusi.
Sungguh...duo mama ini secara tidak langsung meberikan pelajaran bahwa proses
untuk menjadi mama itu beriringan dengan tumbuh kembang buah hati kita. Pokoknya...tantangan
nggak pernah berhenti deh...adaaaaa aja...tau-tau nanti anak kita sudah menginjak
remaja dan tau-tau saatnya menikah dan tau-tau nanti kita jadi nenek...dan
proses pembelajaran tersebut terus berjalan.
Beberapa kegalauan mama –mama lainya
yang mungkin dialami mama lainya disampaikan tanpa menghakimi. ASI Vs Sufor, full day Mom Vs mama
bekerja, Daycare Vs Asisten rumah tangga, juga dibahas santai tapi mendalam....
Seperti kegalauan saya ketika di dunia maya sana ramai orang ikut blok anti vaksinasi dan blok
sadar imunisasi, nah lho...anti dot Vs dot..dalam pemberian Asi maupun Sufor. Saya sepakat untuk menghormati pilihan para
ibu, janganlah perbedaan pandangan tadi memporak-porandakan segalanya,
menghargai pilihan seorang ibu adalah lebih bijaksana, karena tentunya semua
dilakukan demi yang terbaik untuk buah hati. Bagaimana? Masih galau?
Catatan mama Rina tentang
curhatan si Mbak (asisten rumah tangga atau pengasuh anak), jelas menohok saya,
meskipun kami tidak didampingi oleh asisten, catatan ini meninggalkan pesan
yang mendalam bagi para mama...penasaran gimana Mbak-mbak itu curhat??
Yuk..beli bukunya dan baca sampai selesai :-)
bacanya dilanjut diangkot menuju kantor
Bukan rumah tangga kalau tanpa
konflik, ya konflik batin ..ya konflik dengan pasangan. Masalah kecemburuan si
kakak, bagaimana menanamkan disiplin, menanamkan konsep relasi gender dalam
sebuah hubungan. Dan masih banyak lagi. Persoalan yang mereka hadapi hampir pasti juga ditemui di banyak keluarga. Pengalaman
mereka berdamai, bernegosiasi dan berkomunikasi itulah yang dapat menjadi
renungan buat kita. Apa iya sih mama
harus selalu menang dalam perdebatan ibu –anak ketika mama ingin menanamkan
nilai-nilai yang akan di tanamkan pada anak. Bagaimana menyiasatinya? Bagaimana memberikan pujian yang memotivasi
anak tapi tidak juga berlebihan membanggakan anak??
Icha, mama , Kanza lagi nenen bersama Mommylicious
Mengutip catatan mama Arin,
ketika seorang perempuan telah menjadi ibu, ia akan menjadi sosok pemberani.
Tidak lain karena naluri melindungi dan berjuang demi anaknya. Demikian pula
ayah, peran ayah tidak dapat diabaikan, komunikasi dan komitmen bersama mesti
di bangun, agar anak memiliki role model yang lengkap. Karena adanya mama dan
papa adalah saling melengkapi satu dengan yang lainya. Hubungan dan komunikasi
yang sehat antara mama dan papa, sangat membantu anak-anak membangun konsep
tentang keluarga, tentang gender, bahkan
tentang sex yang sering dianggap tabu. Ahh...buku ini mengajari banyak hal tanpa kita
merasa digurui. Tidak hanya untuk di
baca para mama, lebih penting juga dibaca para ayah sebagai perenungan dan
refleksi...ooooohhhhhh begini toh Catatan hati seorang mama :-), Pastinya
akan menambah kepekaan hati ayah. *Langsung sodorin buku ke suami...pa...baca
nih pa....catatan hatiku*(eaaaa...).
Last but not Least, Being Mom is really Delicious!
Masih belum percaya? Baca saja
sendiri.....Selamat membaca dan ikuti competisinya!
Allah itu maha Adil ya mbak dibuatnya perempuan itu multitasking dengan hati yg begitu luas... Perjuangan seorang ibu memang priceless ^^
ReplyDeleteIya mbak muna...baca buku ini ingat perjuangan mama sampai kita seperti ini.....love you ma...
ReplyDeleteWah byk pnduan parenting nya yak, aku blm beli bukunya baru baca dr resensi orang2
ReplyDeleteMbak Rahmi Aziza...duhhhh...seneng banget udah mampir. Mbak bisa kah mesen buku Mak Irits nya?...*kedipin mata*
ReplyDeleteSemoga sukses GA-nya Mak....;-)
ReplyDeleteAmin..emak-emak
ReplyDeleteHalo mba Muna Madrah, salam kenal kembali. Terimakasih sudah baca buku ini. Goodluck yaa
ReplyDeleteHalo mba Muna Madrah, salam kenal kembali. Terimakasih sudah baca buku ini. Goodluck yaa
ReplyDeletesalam kenal mba Muna...sedikit korek ya Tenik Hartono itu seorang Ibu hehehe
ReplyDelete