Lanjutan dari postingan sebelumnya, yang belum baca silahkan baca disini. Biasanya sebuah catatan perjalana berisi referensi lokasi –lokasi yang indah,
tempat-tempat yang menarik, kuliner, atau akomodasi murah meriah. Mungkin perlu
di tambahkan juga hal-hal unik atau “aneh”
yang tidak ditemui di negara kita.
Waktu keAndhra Pradesh di Hyderabad, sebuah negara bagian di selatan India beberapa bulan lalu, padatnya acara dan singkatnya waktu jadi
tidak banyak tempat wisata yang saya
kunjungi. Alhasil dari pada tidak ada catatan sama sekali saya coba tulis saja,
peristiwa-peristiwa yang “ aneh” yang saya temui di sana.
Bila melihat bagaimana crowded dan kacaunya transportasi
umum di Jakarta, saya sebagai “orang daerah” sudah cukup dibuat terheran-heran.
Di Andhra Pradesh bukan cuma dibuat heran tapi juga syok. Pengemudi di India
driving like crazy, dan hobi membunyikan klakson. Saya tinggal di lanta 4 sebuah hotel di tengah
kota dan masih bisa mendengar bisingnya klakson di jalan raya.
Anehnya ini
sudah merupakan kelaziman, hampir di seluruh sarana transportasi umum darat di
India terdapat simbol atau kata-kata “SOUND HORN”.Tidak seperti peringatan
bahwa ngebut akan berbahaya yang hampir tidak pernah diabaikan oleh para
pengemudi di India, pengemudi amat patuh membunyikan klakson walau tulisan itu
bukan perintah resmi yang dikeluarkan oleh kepolisian India.
Salah satu peringatan yang bisa di temukan di Hyderabad |
Safety first,speed next, sama sekali tidak berlaku |
mudah-mudahan regulasinya benar di terapkan ya pak! |
India termasuk negara dengan populasi penduduk terpadat,
tidak heran angkutan umum di sini juga selalu tampak penuh sesak oleh
penumpang. Bahkan bajaj pun kalau bisa di pakai seoptimal mungkin sebanyak
mungkin orang bisa masuk. Tak mau kalah dengan itu motor pun nasibnya sama. Lucunya
dalam bajaj terdapat sebuah alat yang mirip argometer pada taxi, tetapi alat
tersebut tampaknya juga hanya sebatas hiasan karena prakteknya kita harus tetap
tawar menawar dalam penentuan harga. Pokoknya sepertinya disini kenyamanan
berkendara bukanlah tujuan utama, melainkan optimalisasi.
Bajaj dengan Argometer, tapi naik tetep harus nawar :-) |
Optimalisasi penumpang bajaj, itu di belakang masih di tambah papan untuk tempat duduk |
Tidaklah seperti film-film India yang selalu nampak glamor
dan mewah, kehidupan sehari-hari hampir sama di Indonesia. Meski perekonomian
India diberitakan berkembang pesat tetapi kesan kumuh dan semrawut telah
melekat padanya. Dan mungkin karena terlalu banyak penduduknya dimana-mana
terlihat manusia. Orang India suka sekali bepergian dalam kelompok, bisa satu
keluarga besar untuk mengunjungi taman kota atau museum.
Dari semua kesemrawutan, hiruk pikuk dan kumuhnya negara
ini, satu hal saya melihat dan belajar
adalah bagaimana semangat India untuk belajar. Saya berkesempatan mengunjungi
sebuah universitas yang agak jauh dari ibukota. Meski sebuah universitas di
daerah mahasiswa-mahasiswi penuh sesak
dalam satu kelas sederhana menyimak dosen memberi mata kuliah IT. Dan tentu
saja kebanggaan mereka akan budayanya terlihat dengan “sari” sebagai pakaian
sehari-hari meski baju-baju kasual bermerek tengah membombardir negara-negara
berekembang. Para lelaki dengan tanda di dahi juga lazim kita lihat disini.
Yuk..enjoy the
picture :-)
di satu sisi optimalisasi disisi lain inefisiensi (kipas angin Vs AC di salah satu ruang Rektor) |
Kaki 5 nya India |
Sekolah Grammer yang ideal |
2 comments:
Ketemu sahrul khan gak.. hehehe.
nggak ketemu sahrul khan yang asli, foto sahrulkan banyak di baliho-baliho iklan di sepanjang jalan..:-) salam kenal :)
Post a Comment